Tuhan Di Mana-mana?

Desember 25, 2008 pukul 6:00 am | Ditulis dalam Mengenal Allah | 9 Komentar
Tag: , , , , ,

Diterjemahkan secara bebas oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST dari Fatwa dari Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi (Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyah wal Iftah) [3/217-219], Pertanyaan Pertama dari Fatwa no. 5213

muliaBagaimana membantah orang yang mengatakan ‘Allah ada di mana-mana’ –Maha Suci Allah dari perkataan semacam ini- dan apa hukum mengatakan semacam ini?

[Pertama]
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa dzat Allah subhanahu wa ta’ala bersemayam di atas ‘Arsy, Dia tidaklah berada di alam ini (sebagaimana makhluk-Nya), bahkan Allah terpisah dari makhluk-Nya. Namun Allah tetap mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang samar dari-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Al A’rof : 54)
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“ (Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Thoha [20] : 4-5)
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا
“Kemudian Allah bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.” (QS. Al Furqon [25] : 59)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. As Sajdah [32] : 4)
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air.” (QS. Hud [11] : 7)
Dan yang menunjukkan bahwa Allah berada di atas makhluk-Nya adalah dalil yang tentang diturunkannya Al Qur’an dari sisi-Nya. Telah kita ketahui bahwa setiap sesuatu yang turun itu adalah dari atas ke bawah. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (QS. Al Ma’idah [5] : 48)
حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (2)
“Haa Miim. Diturunkan Kitab ini (Al Qur’an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ghofir [40] : 1-2)
حم تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat [40] : 1-2)
Dan masih banyak dalil lainnya yang menjelaskan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berada di atas sana.
Dalil dari As Sunnah adalah hadits Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulamiy dengan lafazh dari Muslim,
“Saya memiliki seorang budak yang biasa mengembalakan kambingku sebelum di daerah antara Uhud dan Al Jawaniyyah (daerah di dekat Uhud, utara Madinah, pen). Lalu pada suatu hari dia berbuat suatu kesalahan, dia pergi membawa seekor kambing. Saya adalah manusia, yang tentu juga bisa timbul marah. Lantas aku menamparnya, lalu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perkara ini masih mengkhawatirkanku. Aku lantas berbicara pada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah aku harus membebaskan budakku ini?” “Bawa dia padaku,” beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berujar. Kemudian aku segera membawanya menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya pada budakku ini,
أَيْنَ اللَّهُ
“Di mana Allah?”
Dia menjawab,
فِى السَّمَاءِ
“Di atas sana.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi,
مَنْ أَنَا
“Siapa saya?”
Budakku menjawab,
أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ
“Engkau adalah Rasulullah.”
Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ
“Merdekakanlah dia karena dia adalah seorang mukmin.” (HR. Ahmad [5/447], Malik dalam Al Muwatho’ [666], Muslim [537], Abu Daud [3282], An Nasa’i dalam Al Mujtaba’ [3/15], Ibnu Khuzaimah [178-180], Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah [1/215], Al Lalika’iy dalam Ushul Ahlis Sunnah [3/392], Adz Dzahabi dalam Al ‘Uluw [81])
Terdapat juga hadits dari Abu Sa’id Al Khudri,
أَلاَ تَأْمَنُونِى وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِى السَّمَاءِ يَأْتِينِى خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً
“Tidakkah kalian beriman padaku dan aku beriman pada Rabb yang berada di atas sana. Berita langit datang padaku di kala pagi dan sore hari.” (HR. Ahmad [3/4,68,73], Bukhari [3344, 4351], Muslim [1064], Abu Daud [4764], An Nasa’i dalam

9 Komentar »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

  1. Inilah keutamaan ‘ilmu…hingga kata – kata yang keluar dari bibir seorang budak kecil-pun TIDAK PERNAH KELUAR DARI BIBIR – BIBIR PROFESOR DARI KAUM ISLAM LIBERAL…!!!

    Barakallahu fiyka, akhi…

  2. Akh, mau tanya. Bagaimana dengan keterangan Alloh turun pada 1/3 malam terakhir ?

  3. Mengenai turunnya seperti malam terakhir tidaklah menafikan Allah berada di atas langit, di atas seluruh makhluk-Nya. Ingatlah Allah itu berbeda dengan makhluk, Allah itu Maha Besar. Jadi jangan samakan Allah dengan makhluk karena jelas Allah sangatlah berbeda dan jauh berbeda dengan makhluk-Nya. Jika makhluk mungkin kalau meninggalkan singgasananya, singgasana tersebut akan kosong, namun hal ini berbeda dengan Allah. Perhatikanlah bahwa Allah berada di atas ‘Arsy di atas seluruh makhluk-Nya, dan dia juga memiliki sifat turun ke langit dunia di 1/3 malam terakhir. Dan kedua sifat ini tidaklah bertentangan sama sekali karena didukung oleh dalil yang sama kuat, dan tidak mungkin ada pertentangan dalil dari Allah dan Rasul-Nya.
    Semoga Allah selalu memberi taufik padamu. Barakallahu fik

  4. Ana ingin menambahkan penjelasan PAPANYA RUMAYSHO, tentang nuzul (turun)nya Allah Ta’ala ke langit dunia pada sepertiga terakhir malam.
    An-Nuzul termasuk diantara sifat-sifat khabariyah fi’liyah. Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani nuzulnya Allah ke langit dunia tanpa menggambarkan ataupun menanyakan kaifiyatnya, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam sendiri tidak pernah menggambarkan tentang kaifiyat (cara) nuzulnya Allah ke langit dunia.
    Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Ijtima’-ul Juyuusy al-Islamiyyah ‘ala Ghazwil Mu’aththilah wal Jahmiyyah, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla di atas ‘Arsy-Nya mendekat kepada makhluk-Nya menurut bagaimana yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah turun ke langit dunia menurut bagaimana yang Dia kehendaki.”
    (Untuk penjelasan lebih lanjut, baca kitab ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas, dan kitab-kitab mengenai ‘aqidah karya ulama Salafush Shalih lainnya.)
    Wallahu a’lam.
    Barakallahu fiikum.

  5. @ rahma
    Barakallahu fikum

  6. Akh dan Ukht, Jazakalloh khoir atas jawabannya.

  7. isi tulisan ini bagus, tetapi entah kenapa belum menyentuh keingintahuan saya. saya adalah soerang muslim yang sedang mencari aqidah isla saya. saya sangat berharap ada yang mau mengantarkan saya pada aqidah yang kuat dan bisa saya jalankan dalam kehidupan sehari-hari. terima kasih.

  8. Semoga ada tulisan yg bisa melengkapi. Tunggu aja. Semoga Allah selalu memberi taufik dan hidayah padamu.

  9. inna lilahi wa ina illaihi rojiun…


Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.
Entries dan komentar feeds.